Jumat, 25 November 2011

Menyikapi Dampak Negatif dan Positif dari Naruto

naruto-shippuuden.gif

Pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan tokoh NARUTO ? Bisa jadi, putra atau adik Anda termasuk salah satu penggemarnya. Meski demikian, sebenarnya di negara Jepang tidak semua anime (animasi/kartun) itu diperuntukkan untuk semua umur. Ada anime yang khusus ditujukan untuk anak-anak, yang disebut kodomo.
Ada juga anime yang disebut josei atau bisa juga disebut redikomi, yaitu anime yang dikhususkan untuk kaum wanita (dewasa). Sedangkan anime yang khusus ditujukan untuk (pria) dewasa disebut seinen. Anime yang khusus ditujukan untuk perempuan remaja disebut shōjo. Selain itu, ada juga anime yang khusus ditujukan untuk laki-laki remaja disebut shōnen.
Pembagian ini didasarkan pada kerumitan alur cerita dan konten yang dibawa. Sayang, ketika diimport ke Indonesia, film-film anime ini menjadi rancu penyebarannya. Sebab, negara kita tidak mengenal genre anime. Asal film anime, langsung dianggap bahwa film tersebut layak ditonton untuk anak-anak atau semua umur.
Hal ini berdampak pada penayangan film-film tersebut di berbagai stasiun televisi, sehingga banyak yang salah sasaran. Termasuk film anime Naruto yang seharusnya ditujukan untuk anak-anak remaja laki-laki (shōnen), nyatanya justru lebih banyak dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur 13 tahun. Mengenal Naruto Siapa Naruto itu? Naruto adalah anime shōnen, ber- genre fighting. Dibuat oleh Studio Pierrot dengan sutradara Hayato Date. Ditayangkan di TV Tokyo dan Animax di Jepang. Sedangkan di Indonesia, tayang di Indosiar, Global TV, Trans TV. Anime ini diangkat dari manga (komik) karya Masashi Kishimoto.
Bercerita tentang perjalanan
hidup tokoh utamanya yang bernama Naruto Uzumaki, seorang ninja remaja yang hiperaktif dan ambisius. Dalam perjalanannya untuk menjadi seorang ninja yang paling kuat, Naruto banyak mengalami berbagai petualangan dan pertarungan-pertarungan
dengan ninja lain.
Di sinilah banyak sekali adegan-adegan kekerasan yang terjadi. Pertumpahan darah, saling membunuh, dan tidak sedikit kata-kata kotor yang dilontarkan oleh para tokoh dalam cerita tersebut. Tentu saja hal-hal semacam ini akan menjadi konsumsi negatif untuk anak-anak.
Mereka yang terlanjur menjadikan Naruto sebagai tokoh idolanya akan mencontoh setiap laku Naruto dalam film tersebut dan menganggap apa yang dilakukan Naruto sebagai sesuatu yang hebat. Tidak heran jika kemudian bermunculan budaya kekerasan dalam pergaulan anak-anak.

Dampingi Anak Anda! Mendampingi
anak menonton
anime Naruto adalah hal yang mutlak. Sebagaimana
film ber- genre fighting, adegan-adegan kekerasan tersebut menjadi sebuah keniscayaan dan akan ditampilkan secara vulgar sehingga dengan mudah dapat dikonsumsi oleh siapapun. Adegan-adegan seorang tokoh yang mabuk dan main perempuan pun kerap muncul dalam anime ini, sehingga bisa menambah konsumsi negatif pada anak-anak.
Tapi, tentu saja walaupun terdapat hal-hal negatif yang dimunculkan dalam anime Naruto ini ada juga nilai-nilai
positif yang dapat diambil. Tokoh Naruto dalam anime ini
mempunyai sifat yang pantang menyerah, ambisius dan bersungguh-sungguh untuk meraih cita-citanya.
Naruto juga memiliki rasa setia kawan yang tinggi dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Hal ini bisa dijadikan sebagai pelajaran yang berharga untuk anak- anak dalam membentuk karakter dirinya. Tentunya dengan bimbingan orangtua mereka. Oleh karena, itu hendaknya anak-anak yang menonton film ini senantiasa didampingi oleh orangtua mereka, sehingga nilai-nilai negatif yang mereka serap bisa diminimalisir dan nilai- nilai positif bisa seoptimal mungkin diambil.
Menempatkan sesuatu sesuai dengan kategorisasi umur adalah hal yang paling penting dilakukan. Jika pemerintah belum bisa, maka menjadi kewajiban dari seitap diri dan orangtua.


sumber: narutoshipuden.multiply.com/journal/item/46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar